Saturday, 16 January 2010


Kmrn dpt tugas negara dr nyokap nemenin kponakan yg lg maen d rumah, gk ada ide mo kemana tp ujung2nya jalan2 ke daerah kota, mayan ngasih pelajaran dikit ke calon generasi penerus ttg sejarah jakarta dan bangunan lama dan berhubung lama perjalanan tempuh kesana jalan pelan2 pun cm menempuh waktu 10 menitan.

1/2 perjalanan fine2 aja, tp pas ngelewatin stasiun kota mulai deh kekacauan lalu lintas di mulai. Awalnya gw kira sih ah biasa paling jg gara2 lampu merah tp setelah nyelip2 ngelewatin stasiun kota tiba2 kok jalanan lenggang bgt. Yap, ternyata kerjaan angkot2 yang lg pada ngetem, ckckck..mana itu knalpot angkot yg lg ngetem sambil pura2 mo jalan padahal ttp ngetem dgn nge gas2  ngeluarin asep item2 ngebul, yang semua orang pasti tau tuh asep sangat mengganggu kesehatan pa lg gw bawa anak kecil.

Fenomena angkutan umum "ngetem", emang dah di anggap "biasa" sama orang2 jakarta padahal semua justru tau klo hal itu sangat mengganggu, selain bikin macet, mengganggu orang yg punya kesibukan/terburu2, membuang waktu, dan jg asap2nya. Banyak sekali kerugian yg di sebabkan oleh para supir angkot tsb, padahal mereka toh tau mereka merugikan orang banyak.

Kenapa sih angkot ngetem?
Kebobrokan manajemen sistem transportasi di Jakarta yang di kelola oleh Pemda Jakarta maupun swasta yang menggaji karyawannya/supir termasuk kenek nya dengan sistem Setoran + Gaji pokok + lain2. Namun pendapatan terbesar yang di dapatkan supir+kenek di dapat dari surplus setoran dari kewajiban minimal setoran/hari mereka kepada perusahaan mereka masing2.
Ketatnya persaingan dengan angkutan lain dengan trayek/tujuan yang sama, semua supir angkot saling berlomba-lomba untuk mendapatkan penumpang sehingga mereka ngetem di tempat2 keramaian (bukan cm di halte aja) yang hasilnya sangat mengganggu kita semua sebagai pengendara maupun penumpang angkot.
secara logika, seharusnya bukan supir yg mengejar2 mendapatkan penumpang tetapi penumpang yg mencari angkot, yang secara logika ekonomi supir sbg bagian dr perusahaan(suply) dan penumpang sebagai konsumen(demand) jadi seharusnya konsumen yang membeli/menggunakan jasa transportasi dan bukan supir yg membeli penumpang.

Jadi inti dasar permasalahan dsini adalah sistem penggajian. Kenapa tidak menggunakan Gaji Tetap saja yang memadai? karena perusahaan transportasi sangat tamak akan profit, sehingga mereka "menghalalkan" karyawannya berlomba2 berebut penumpang dengan sistem setoran yang menjadi tujuan para supir tsb.

Sebenarnya perusahaan dapat saja menerapkan sistem penggajian seperti sistem penggajian supir busway, toh dapat d cari dari pendapatan berdasarkan setoran harian rata2 dan kemudian tinggal di cari tengahnya d akumulasikan di gaji bulanan, contoh: kewajiban setoran perhari = 200rb pendapatan supir dari selisih setoran 50rb ditotalkan jadi 250rb. 50rbx30hari kerja=1.500.000 gaji bulanan.
Memang dsini terdapat kesulitan berupa "ketidakpercayaan" perusahaan terhadap setoran dari karyawannya, berhubung budaya "ngentit" di Indonesia.

Okeh, solusi ke-2
Menaikkan gaji pokok bulanan yang sekarang dan menaikkan kewajiban setoran/hari, dengan demikian supir tidak terlalu mengharapkan tambahan pendapatan dari surplus setorannya.

dah ah capek panjang lebar. :P

Ini masih bakal terus menjadi "pengganggu" kita semua sebagai warga jakarta sebagai pengguna transportasi darat. Hal ini sudah berpuluh2 tahun menjadi "budaya" di Jakarta dan sampai saya saat ini tidak ada upaya berarti dari pemerintah (Pemda khususnya) untuk menyelesaikan hal ini.
Dengan membaiknya sistem transportasi, dengan ketepatan waktunya, tanpa ngetem2, warga jakarta pasti merasa lebih nyaman menggunakan jasanya dengan kata lain lebih memilih menggunakan angkutan umum daripada menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini akan berdampak juga pada konsumsi BBM dan juga mengurangi jumlah kendaraan di jakarta/mengurangi macet jg, dan masih banyak keuntungan lainnya apabila kita dapat memperbaiki hal ini.

Gw sendiri udah menggunakan angkutan umum sejak kelas 1 sd, dan sebenarnya lebih memilih menggunakan angkutan umum untuk bepergian , selain bisa cuci mata, berkenalan dengan orang baru, dan lebih santai karena tinggal duduk celingak celinguk liat jalanan tiba2 dah sampe, dll. Tapi dengan masih berantakannya, kelambatannya, blablabla...untuk saat ini gw lebih prefer menggunakan kendaraan pribadi.
ya mudah2an ada aparat pemerintah yg peduli sm hal ini, msh bny solusi/jalan keluar mengatasi hal ini selain 2 solusi gw d atas (asal-asalan..lol). Semoga masih ada yang peduli.
Jenis2 angkutan umum yang masih "hidup" di Jakarta
Blog Widget by LinkWithin

0 comments: